About the Journal

Kita selalu memanjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kepada Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus atas penyertaan-Nya dalam dunia pendidikan teologi di negeri ini, khususnya dalam Sekolah Tinggi Teologi Lintas Budaya.

Sekolah Tinggi Teologi merupakan institusi pendidikan tingkat tinggi yang menelaah teks Alkitab secara induktif-hermeneutis yang kemudian diaplikasikan dalam rangka menyikapi berbagai peristiwa dan situasi penting yang sedang atau telah terjadi. Namun juga secara deduktif-rasional, yakni dengan mencari tahu di dalam Alkitab berbagai alasan mengapa berbagai peristiwa dan situasi di dunia terjadi sedemikian, dan bagaimana pula menanggulangi dan mengantisipasinya. Pendekatan pertama dimulai dari teks Alkitab yang dipadankan sedemikian rupa dengan kenyataan sosial, sementara pendekatan kedua dimulai dari kenyataan sosial yang cerminkan pada teks Alkitab. Ada yang menyebut pendekatan pertama sebagai ‘teologi biblika’ dan pendekatan kedua sebagai ‘teologi sistematika’. Apa pun pilihannya, yang jelas kedua pendekatan ini seharusnya dipahami sebagai yang sama penting sehingga tidak seharusnya dipertentangkan.

Menggeluti kedua pendekatan berteologi di atas dapat dilakukan secara lisan (dengan mulut), dapat juga secara tertulis (dengan tangan). Kedua cara berteologi ini masing-masing memiliki keunggulan. Berteologi secara lisan akan mempengaruhi pendengar, sementara secara tertulis akan mempengaruhi pembaca. Kedua cara berteologi ini mempunyai kiat dan kaidahnya sendiri. Contoh umum berteologi secara lisan adalah berkhotbah, ceramah, dan mengajar. Contoh umum berteologi secara tertulis adalah memproduksi karya tulis teologis, baik secara ilmiah (yang lebih menekankan proses pembuktian) maupun secara praktis (yang lebih menekankan aplikasi). Kedua cara berteologi ini, lisan dan tertulis membutuhkan wadah atau panggung untuk menampilkannya. Bila berkhotbah, ceramah, dan mengajar memerlukan mimbar, maka menulis memerlukan media cetak dan media elektronik. Dengan demikian semua teologi yang dihasilkan dapat sampai kepada pendengar dan pembaca, tidak hanya diproduksi di studi rekaman atau hanya diletakkan di meja redaksi. Salah satu wujud media cetak untuk memperlihatkan hasil studi berteologi lisan adalah berupa ‘buku’. Buku merupakan media cetak yang paling lama dan populer untuk menguraikan hasil studi teologi-lisan.

Selain berupa ‘buku’, karya tulis teologis juga dapat diterbitkan dalam sebuah jurnal. Jurnal adalah kumpulan tulisan sebagai karya ilmiah yang bersifat seprofesi atau sebidang. Disebut kumpulan tulisan karena memang penulis atau kontributornya terdiri dari beberapa orang. Biasanya (juga baiknya) jurnal diterbitkan secara berkala (misalnya per tiga bulan atau per empat bulan). Dengan demikian jurnal, edisi demi edisi, harus diterbitkan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, terus-menerus, tahun demi tahun. Sebuah jurnal juga diterbitkan dengan tema atau topik yang sudah dipahami oleh seluruh penulis atau kontributor. Para penulis atau kontributor tadi akan menulis dengan masing-masing satu sub topik atau sub tema, sehingga seluruh tulisan merupakan suatu kesatuan (satu topik atau satu tema). Hal lain yang perlu ditetapkan adalah nama jurnal. Tentu saja, nama apapun yang dicantumkan sifatnya adalah relatif, yang penting telah disesuaikan dengan visi-misi yang dicapai yang digariskan oleh institusi atau panitia yang menerbitkan jurnal tersebut. Di sisi lain, nama jurnal tidak boleh berubah-ubah, melainkan harus tetap. Nama jurnal juga sebaiknya memiliki filosofi yang dapat dijelaskan kepada berbagai pihak, diminta atau tidak diminta. Sehingga nama sebuah jurnal menjadi sangat mendasar untuk ditetapkan.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi teologi, maka sekolah kita mulai hari ini telah meluncurkan buku Jurnal Teologi ‘Semper Reformanda’. Jurnal ini merupakan sarana untuk menerbitkan karya tulis ilmiah para dosen dan para mahasiswa kita. Jurnal ini adalah bersifat resmi (berizin), yang berlaku secara nasional. Sudah cukup lama jurnal ini dipersiapkan. Memang, harus diakui bahwa, sekolah kita sangat lamban untuk menerbitkan. Dalam hal ini kita sudah tertinggal dari sekolah lain yang sudah jauh lebih dahulu memiliki jurnal. Namun lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Nama ‘Semper Reformanda’ merupakan penggalan dari sebuah semboyan Latin gerejawi ‘ecclesia reformata semper reformanda’. Arti dari semboyan ini adalah ‘gereja yang telah diperbaharui dan akan terus diperbaharui’. Arti semper reformanda sendiri adalah terus bereformasi (keep reforming). Penamaan jurnal ini sebagai Semper Reformanda dengan harapan melalui (sekolah) kita, gereja dan masyarakat di sekitarnya akan selalu mengalami pergerakan yang semakin hari semakin lebih baik, tiada hentinya. Adapun topik dari jurnal Semper Reformanda pada edisi pertama ini adalah ‘Keluarga dan Gereja Lokal’ oleh lima kontributor. Sebagai edisi pertama tentu saja akan banyak kekurangan di sana sini. Namun pada edisi selanjutnya akan semakin berkualitas. Idealnya jurnal ini dapat terbit setiap bulan. Namun mengingat keterbatasan kami, untuk sementara akan diterbitkan satu edisi satu semester. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para kontributor dan tim redaksi, juga berbagai pihak lain, yang telah berupaya keras menghadirkan jurnal ini di tangan kita. Tuhan memberkati Anda secara berlimpah.

Jakarta, 1 Oktober 2021

 

Dr. Poltak YP Sibarani, M.Th.